Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh - sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan

Rabu, 26 Januari 2011

Kendalikan Pengeboran Sumur

KOMPAS Rabu, 29 September 2010 | 13:47 WIB
Penurunan air tanah perlu diwaspadai. Meskipun kondisi penurunan air tanah di DIY belum parah, upaya pencegahan penurunan air tanah harus dilakukan. Salah satunya dengan pengendalian pengeboran sumur dalam di perkotaan.
Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mochammad Amron, bencana penurunan air tanah terjadi di berbagai kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Semarang. "Kondisi tanah Yogyakarta yang berpasir menyebabkan kondisi penurunan air tanahnya tidak separah kota besar lain," kata Amron di Yogyakarta, Selasa (28/9).
Penurunan air tanah, ujar Amron, bisa berdampak pada intrusi air asin dan banjir. Intrusi air asin yang menyebabkan air tanah tak lagi bisa dikonsumsi ataupun bencana banjir semakin dipicu tingginya curah hujan. Turunnya tanah terutama dipicu pengeboran sumur dalam yang tidak terkendali. "Penurunan air tanah paling parah terjadi di kota besar serta kota pesisir," papar Amron.
Permintaan pengeboran air dalam oleh industri seperti perhotelan di DIY juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Amron mengimbau pemerintah daerah lebih selektif mengeluarkan izin pengeboran sumur dalam. Pemerintah daerah harus membuat beragam peraturan terkait pengendalian kebijakan pengeboran sumur dalam dengan kedalaman lebih dari 50 meter.
Pengendalian pengeboran air tanah dalam harus menjadi alternatif terakhir untuk mencegah penurunan air tanah. Sumber air permukaan seperti mata air sumur dangkal, waduk, dan mata air harus jadi andalan utama pemenuhan kebutuhan air bersih. "Air permukaan memberi alternatif pemenuhan kebutuhan agar tidak terus-menerus mengeksploitasi air tanah," ujar Amron.
Pengajar Fakultas Teknik Geologi UGM, Heru Hendrayana, mengatakan, pemanfaatan sumber air di dunia didominasi air tanah sebanyak 70 persen, mata air 20 persen, dan air permukaan 10 persen. Dari cadangan air di dunia, hanya 1 persen yang bisa dimanfaatkan manusia untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
Konsep ketahanan air, menurut Heru, dengan memperpanjang waktu tinggal air di daratan dan mempertahankan kualitasnya. Begitu air tawar sudah bercampur dengan air laut, sumber daya air itu tidak lagi bisa dimanfaatkan. Biaya destilasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar masih sangat mahal, atau sekitar Rp 3.000-Rp 4.000 per liter dengan pemanfaatan energi matahari.
Musim kemarau yang basah pada tahun ini, lanjut Amron, cukup berdampak pada peningkatan cadangan air permukaan seperti telah terisi penuhnya waduk-waduk besar. Heru menegaskan, pengetahuan tentang konfigurasi lapisan tanah dan cadangan air bawah tanah sangat penting untuk pengelolaan air. "Prinsipnya jangan sampai penyedotan lebih banyak dari pengisian air untuk antisipasi penurunan air tanah," kata Amron. (WKM)


1 komentar:

  1. Artikel sangat bagus, bermanfaat.
    Bismillah,Mohon ijin numpang promosi yaa.

    Kami menawarkan produk dengan HARGA PABRIK :
    - Zeolite
    - Dolomite
    - Kapur Cao / Kalsium Oksida
    - Kapur CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    - Kapur CaCo3 /Kalsium Karbonat
    - Kapur pertanian /Kaptan

    Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :

    Bpk Asep
    081281774186
    085793333234

    Silahkan simpan nomor dan hubungi jika sewaktu waktu membutuhkan.

    BalasHapus